Seorang
lelaki buta datang ke rumah Helvy membawa anaknya. Ia meminta-minta.
Helvy tak hanya memberinya sedekah, tapi juga menyekolahkan anak itu.
Tapi beberapa lama kemudian, Helvy dan keluarganya baru tahu, ternyata
laki-laki tersebut tidak buta dan dia juga punya usaha lain.
“Kami mengadu pada ibu, kami telah dibohongi. Tapi ibu saya malah senang. Beliau bilang, karena orang itu tidak buta berarti dia bisa lebih keras lagi berusaha,” kenang sastrawati kelahiran Medan, 2 April 1970, ini.
Orangtuanya tetap menasehati, sedekahlah walau seberapapun. “Sedekah sudah merasakan, sedekah jadi berkah keberhasilan saya,” ujarnya, seraya berkomitmen untuk bersedakah sampai mati.
“Kami mengadu pada ibu, kami telah dibohongi. Tapi ibu saya malah senang. Beliau bilang, karena orang itu tidak buta berarti dia bisa lebih keras lagi berusaha,” kenang sastrawati kelahiran Medan, 2 April 1970, ini.
Orangtuanya tetap menasehati, sedekahlah walau seberapapun. “Sedekah sudah merasakan, sedekah jadi berkah keberhasilan saya,” ujarnya, seraya berkomitmen untuk bersedakah sampai mati.