My Blog List

Tuesday, November 15, 2011

Nikmatnya Shodaqoh 1


Seorang lelaki buta datang ke rumah Helvy membawa anaknya. Ia meminta-minta. Helvy tak hanya memberinya sedekah, tapi juga menyekolahkan anak itu. Tapi beberapa lama kemudian, Helvy dan keluarganya baru tahu, ternyata laki-laki tersebut tidak buta dan dia juga punya usaha lain.
“Kami mengadu pada ibu, kami telah dibohongi. Tapi ibu saya malah senang. Beliau bilang, karena orang itu tidak buta berarti dia bisa lebih keras lagi berusaha,” kenang sastrawati kelahiran Medan, 2 April 1970, ini.
Orangtuanya tetap menasehati, sedekahlah walau seberapapun. “Sedekah sudah merasakan, sedekah jadi berkah keberhasilan saya,” ujarnya, seraya berkomitmen untuk bersedakah sampai mati.

Keluarga Helvy bahkan punya kebiasaan mengejar dan membuntuti orang tertentu di jalanan yang mengibakan. “Kami ikuti, dan kalau punya waktu luang banyak kadang sampai ke rumahnya. Lalu kami bantu apa yang kami bisa. Itu kebiasaan ibu saya sampai sekarang, yang menurun kepada kami sekeluarga. Akhirnya, menyambung tali silaturahim, dan hubungan terus berlanjut sehingga kami saling mendo’akan,” tutur Helvy.
Salah satu sedekah si sulung dari tiga bersaudara ini adalah menyuntikkan semangat dan ketrampilan hidup buat adiknya. “Adik saya punya 14 macam penyakit, sehingga terpaksa meninggalkan bangku kuliah. Saya menyemangatinya, melatih dia untuk menulis. Alhamdulillah, Asma Nadia kini jadi penulis yang mungkin bahkan lebih terkenal daripada saya,” ungkap penulis yang berkarya sejak SD dan mengaku awalnya tulisan dia sering ditolak muat.
Wanita yang berjilbab sejak usia 18 tahun ini masih ingat, suatu hari di awal kariernya sebagai penulis, dia harus menunggu 4 jam di penerbitan untuk bertemu pimpinannya. Si Bos penerbitan ogah berjumpa dengannya yang saat itu “bukan siapa-siapa”.
Helvy lalu keluar ruang tamu, dan ketika melihat beberapa pengemis ia bergabung dan ngobrol dengan mereka. Sedikit uang tersisa dibelikannya makanan untuk dimakan bersama.
“Akhirnya, hari itu saya memang tidak berhasil bertemu dengan kepala penerbitan tersebut. Tapi seminggu kemudian, buku pertama saya diterbitkan, dan sebelum naik cetak buku ternyata sudah laku beberapa eksemplar,” kenang istri Tomi Satriatomo.
Penulis 45 judul buku ini juga menyedekahkan sebagian royaltinya untuk membiayai kegiatan sosial, terutama bersama aktivis FLP (Forum Lingkar Pena). Antara lain melatih anak-anak dhuafa untuk mandiri dengan kemampuan menulis.
Ibunda dari Abdurrahman Faiz dan Nadia ini bersyukur, anak-anaknya juga senang menulis dan cinta sedekah. Saat masih SD, Faiz bahkan menjuarai lomba menulis surat untuk presiden, dengan karya yang sangat inspiratif dan jenaka.
Sumber : http://pppa.or.id/daqu/testimoni

No comments:

Post a Comment