Ketika 1,300 tahun lalu Tariq Bin Ziyad membakar kapalnya
dan mendarat di Gibraltar (Jabal Tariq), pasukan Tariq yang hanya
sekitar 7,000 orang mampu mengalahkan pasukannya raja Roderick Spanyol
yang berjumlah 25,000 orang. Kemenangan ini tentu karena pertolongan
Allah semata, tetapi ada sisi-sisi ikhtiari manusianya yang juga harus
berusaha keras untuk mencapai kemenangan tersebut. Di antara sisi
ikhtiari ini adalah upaya menyediakan logistik yang efisien untuk
mendukung kekuatan pasukan.
Bisa Anda bayangkan, setelah Tariq mendaratkan pasukannya dan membakar kapalnya – dengan apa dia bisa terus masuk
merangsek ke daratan Spanyol ?. Berjalan kaki kah ?. Tentu tidak.
Mereka juga menyiapkan kuda-kuda perang yang perkasa untuk dapat
mengalahkan kekuatan musuh yang jauh lebih besar.
Tetapi
kuda-kuda ini kan perlu diberi makan agar tetap kuat berlari, lantas
dari mana makannya ?, sedangkan ketika 7,000 pasukan Muslim masuk
pertama kali ke Spanyol tentu belum memungkinkan untuk memperoleh
support logistik dari daerah yang dimasukinya karena semuanya masih
wilayah musuh. Inilah pentingnya logistik dalam setiap gerakan pasukan,
jadi selain mereka memiliki bekal secukupnya untuk pasukan, mereka juga
membawa bekal secukupnya untuk kuda-kudanya.
Untuk
tetap perkasa, kuda harus diberi makan bergizi yang cukup. Bila yang
dibawa adalah rumput-rumput biasa, akan perlu begitu banyak rumput harus
dibawa sehingga di kapal tidak ada lagi tempat untuk pasukannya. Maka
harus ada sedikit rumput yang cukup untuk membuat kuda-kuda tersebut
tetap perkasa. Rumput alfaafa-lah (yang kemudian bangsa spanyol
menyebutnya alfalfa) yang menjadi bekal logistik pakan kuda-kuda Tariq
ini.
Selama
kurun waktu yang hampir 8 abad kemudian (781 tahun), pasukan Islam
memakmurkan sebagian bumi Eropa antara lain dengan mengajari mereka
bercocok tanam dlsb, termasuk juga menanam alfaafa ini. Maka ketika
pasukan Spanyol pimpinan Hernando Cortez mendaratkan
kapal-kapalnya di Meksiko tahun 1519 atau 27 tahun pasca berakhirnya
kekuasaan Islam di Spanyol (1492), mereka telah belajar hampir 8 abad
tersebut dari Islam - termasuk dalam hal menyiapkan logistic perangnya.
Pasukan
Hernado Cortez-pun membawa kuda-kuda dan rumput yang dibawa-pun adalah
rumput alfaafa – dari sinilah benua Amerika mengenal alfaafa itu hingga
kini. Spanyol menguasai Amerika latin sekitar 300 tahun atau hampir sama
dengan Belanda menguasai negeri ini. Maka tidak heran bila salah satu
bahasa yang popular di Amerika Latin sampai sekarang adalah bahasa
Spanyol.
Sisi
lain yang tidak menjadi perhatian dan jarang ditulis di dalam sejarah
adalah logistiknya. Pasukan menjadi unggul manakala ligistiknya juga
unggul. Ketika Islam unggul di Spanyol 781 tahun, logistik mereka unggul
– dan mereka juga menguasai tanaman alfaafa.
Ketika
300 tahun kemudian ganti Spanyol yang unggul khususnya di Amerika
Latin, mereka juga unggul di bidang logistik termasuk alfaafa untuk
kuda-kuda mereka – keunggulan yang mereka pelajari selama 781 tahun dari
Islam di Spanyol.
Kini negeri baru Amerika Serikat yang baru exist
kurang dari 240 tahun terakhir, mereka secara tidak langsung
‘menguasai’ dunia dengan kekuatan militer, teknologi, budaya popular dan
juga produk-produk peternakan (daging) dan pertanian - termasuk
alfaafa-nya yang mencapai sekitar 9.2 juta hektar luas tanam – terbesar
di dunia saat ini.
Maka
tidak ada yang kebetulan di dunia ini, sunatullah dalam hukum sebab
akibat berlaku dan terbukti dalam sejarah. Islam Berjaya 781 tahun di
Spanyol ketika sisi ikhtiari mereka juga kuat – yang dengan ikhtiar-nya
tersebut mereka ditolong Allah, sisi iktiar mereka termasuk menyiapkan
logistik untuk kuda-kuda perang dengan rumput yang paling efisien yaitu
alfaafa – yang nama maupun karakternya disebut di Al-Qur’an (QS 78 : 16
dan QS 80 : 28).
Tetapi
mengapa alfaafa atau alfalfa bisa menjadi faktor plus dalam kejayaan
bangsa-bangsa dalam sejarah dunia ?. Dalam ilmu energy, ada dikenal
istilah EROI – Energy Return On Investment. Yaitu energy earned (yang dihasilkan) dibagi dengan dengan energy consumed (yang dikonsumsi) dari suatu system
Bangsa-bangsa yang memiliki pengelolaan energy dengan EROI
tertinggi dia yang akan mempunyai tenaga ekstra untuk menjaga
eksistensi bangsa tersebut dan akan terus berkembang. Sebaliknya
bangsa-bangsa yang memiliki system dengan EROI rendah, maka dia akan
sulit bertahan dan bahkan akan cenderung punah.
Terkait
dengan EROI ini; untuk produk pertanian alfaafa memiliki EROI tertinggi
dibandingkan tanaman lain seperti gandum, jagung dlsb. EROI Alfaafa
adalah 27, dibandingkankan dengan gandum yang hanya dikisaran 12 dan
jagung di kisaran 6. Jadi dengan input yang sama alfaafa memberikan hasil yang 2.25 kali dari gandum dan sekitar 4.5 kali dari jagung.
Artinya
apa ini ?, bangsa-bangsa yang menguasai alfaafa tidak kebetulan bila
mereka juga menguasai dunia karena efisiensi di sisi produksi energy
berupa pangan dan pakan untuk ternak mereka. Maka
bukan kebetulan pula bila di Al-Qur’an ada dua surat yang berurutan
yang didalamnya mengandung petunjuk untuk memperhatikan urusan pangan
dan pakan ini : “Mataa ’allakum wa li an’amikum” , Semua itu untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu
(QS 79:33 dan QS 80: 32). Maka inilah bagian dari ikhtiar itu, ikhtiar
untuk kita juga mulai menanam alfaafa – sebagai sumber pangan dan pakan
yang sangat efisien sepanjang masa.
Dari
tiga kali pertemuan dalam Pesantren Wirausaha Akhir Pekan, setidaknya
kami sudah membagikan bibit alfaafa ke sekitar 300 orang dan belajar
bareng pula untuk cara menanamnya. Mudah-mudahan ini menjadi awal
bangkitnya kekuatan umat ini, awal untuk mengembalikan kejayaan umat
Islam di tengah peradaban umat-umat lain yang kini lagi menguasai dunia –
melengkapi ikhtiar yang juga dilakukan oleh saudara-saudara kita yang
lain dibidang aqidah, pendidikan, politik, ekonomi, pemikiran dlsb.
InsyaAllah.
Sumber :http://alfaafa.com/index.php/sejarah/81-alfaafa-dan-kejayaan-bangsa-bangsa-di-dunia
No comments:
Post a Comment