My Blog List

Monday, September 26, 2011

Muhammad Subang, Penjual Pangsi Betawi

Foto: Safari Foto: Safari
BAGI orang Betawi, busana yang satu ini pastinya sudah tak asing lagi. Serinng dikenakan untuk berbagai aktivitas budaya, pesta maupun sehari-hari. Busana ini terdiri dari celana panjang warna kuning atau krem, jas tutup berwarna putih, bersarung ujung serang, peci hitam atau destar, kaki berterompah dan golok disisipkan di pinggang. Dulu kala umumnya para pendekar atau jagoan Betawi mengenakan busana ini.

Foto: Safari Foto: Safari Saat ini busana tersebut tidak hanya dikenakan orang Betawi. Siapapun yang suka akan mengenakannya. Bahkan banyak pecinta sepeda onthel mengenakan busana ini saat touring. Sekilas melihatnya, memang unik!
Lantas, dimanakah busana ini bisa didapatkan? Gampang! Untuk membeli busana tersebut sangat mudah. Kunjungi saja daerah Setu Babakan yang menjadi salah satu pusat wisata Betawi di Jakarta Selatan. Di kawasan wisata tersebut ada penjual baju pangsi yang sangat terkenal. Ketenarannya tidak hanya di Jabodetabek saja, tapi sudah menyebar hingga Cikampek dan Bandung.
Penjual baju pangsi tersebut bernama Muhammad Subang (70). Di Setu Babakan, Muhammad Subang adalah satu-satunya penjual baju pangsi. Semua baju pangsi yang dijualnya buatan sendiri. Baik pola dan jahitan hasil karya sendiri dibantu dua karyawan di rumahnya yang terletak di Kampung Srengseng Sawah Rt 008/08 Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Foto: Safari Foto: Safari Walaupun baju tersebut tidak bermerk, namun langgannnya sudah menyebar hingga pinggiran Jakarta. Bahkan ada langgannya yang berasal dari Cikampek, Karawang hingga Bandung. Tidak itu saja, sejumlah organisasi masyarakat (ormas) Betawi juga banyak yang memesan baju pangsi buatannya. Selain itu sejumlah artis ibukota juga ada yang membeli baju pangsinya.
Baju yang menyerap keringat ini dijual dengan harga sekitar Rp 60 ribu per baju. Sementara untuk celana, ikat pinggang besar dan peci masing-masing dijual dengan harga Rp 50 ribu.
Foto: Safari Foto: Safari “Kalau untuk satu stel komplet dijual dengan harga Rp 210 ribu,” kata Muhammad Subang kepada TNOL. Selain membuat dan menjual baju pangsi, Muhammad Subang juga menjual baju Mpok None berukuran kecil dengan harga Rp 35 ribu/stel.
Pada hari libur seperti Minggu, Muhammad Subang mampu menjual baju pangsi hingga sekitar 46 stel. Sehingga omzetnya pada hari Minggu bisa mencapai Rp 4,6 juta. Sementara pada hari biasa omzet yang diraihnya bisa mencapai Rp 800 ribu. “Alhamdulillah dari jualan ini anak-anak saya bisa sekolah sampai perguruan tinggi,” jelas ayah tujuh anak ini.
Menurut Muhammad Subang, harga jual baju pangsi tersebut termasuk murah dan pasti terjangkau. Bahan dan jahitan berkualitas. Terlebih dengan adanya kancing sanghai emas. Pola baju pangsi tersebut juga termasuk semi jas sehingga terkesan ekslusif.
Kelak Muhammad akan memberi merk pada baju buatannya karena dia tak ingin keberadaan baju tersebut diakui pihak lain. Kemungkinan nama merknya Muhammad Subang. Membuat baju pangsi, selain untuk biaya hidup sehari-hari, juga untuk tetap melestarikan budaya Betawi.
Bapak dari 7 anak yang pernah menekuni jual beli batu ini merasa bersyukur sejak berusaha di bidang ini jarang mengalami kerugian yang berarti. Ia bersyukur anak-anaknya berhasil masuk perguruan tinggi bahkan mereka umumnya bekerja di luar negeri seperti Amerika, Swiss, Qatar, Jepang dan Brunei Darussalam. “Alhamdulillah sudah pada mandiri semua,” ujarnya bangga.
Sumber : http://www.tnol.co.id/id/special-guest/10942-muhammad-subang-penjual-pangsi-betawi.html
Referensi : http://izulipakmi.wordpress.com/2011/08/19/setu-babakan-juni-2011/

No comments:

Post a Comment